DIREKTORAT KKH, BKSDA JAMBI DAN BBTNKS LEPASLIAR SATWA LIAR KE KAWASAN TNKS
Konservasi
Keanekaragaman Hayati
(KKH), Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), KPH Kerinci serta Fauna
And Flora International (FFI)
melakukan pelepasliaran terhadap satwa liar di kawasan Taman Nasional Kerinci
Seblat.
Sebanyak 8 (delapan)
ekor, terdiri dari 2 (dua) ekor satwa beruang madu (Helarctos Malayanus), 2 (dua) ekor owa ungko (Hylobates agilis), 3 (tiga) ekor kukang (Nycticebus coucang), serta 1 (satu) ekor kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) dilepas kembali
ke habitatnya. Satwa-satwa tersebut merupakan penyerahan
warga Jambi (Kukang, owa ungko, kucing kuwuk) serta hasil
penertiban oleh Balai KSDA DKI Jakarta
(Beruang madu) yang dititipkan ke Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) BKSDA Jambi.
Taman Nasional
Kerinci Seblat merupakan hutan tropis yang memiliki keanekaagaman hayati yang
tinggi dan ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO, merupakan rumah
tinggal berbagai satwa liar yang ada didalamnya sehingga kawasan ini dipandang
cocok untuk tempat hidup satwa-satwa yang dilepasliarkan tersebut.
Pelepasliaran dipimpin
oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Jambi (Teguh Sriyanto) mewakili Kepala
BKSDA Jambi dan disaksikan oleh Sri Mulyani (Kepala SubDit Pengawetan) yang
mewakili Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Ditjen KSDAE,
perwakilan BBTNKS, KPH Kerinci dan FFI. Dalam pengantarnya Teguh Sriyanto mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang turut terlibat dalam upaya penyelamatan satwa liar di Provinsi
Jambi khususnya terhadap 8 satwa liar yang akan dilepasliarkan, baik dari
proses awal penanganan konflik dan penertiban perdagangan satwa liar secara illegal maupun proses rehabilitasi dan
pelepasliaran kembali ke habitatnya. Sinergi para pihak sangat diperlukan untuk
penyelamatan keanekaragaman hayati di Provinsi Jambi.
Dalam
sambutannya Sri Muyani mengatakan bahwa “Kegiatan pelepasliaran ini merupakan
bagian dari upaya penyelamatan satwa liar yang dimulai dari rescue akibat konflik dengan manusia
maupun penertiban perdagangan maupun pemeliharaan satwa liar oleh masyarakat
secara illegal yang dilanjutkan
dengan rehabilitasi satwa-satwa tersebut”.
Lebih lanjut wanita biasa disapa Bu Yani menjelaskan bahwa kegiatan
pelepasliaran merupakan upaya menyambungkan kegiatan konservasi eksitu dengan
konservasi insitu”. Diharapkan satwa-satwa tersebut dapat bertahan hidup dan
berkembangbiak dengan baik di habitat alaminya di kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat ini, tutupnya.