BKSDA JAMBI PEDULI LINGKUNGAN DAN SATWA LIAR DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MITRA KONSERVASI
Tebo 23 September 2020. Konflik antara manusia-gajah yang terjadi di Kabupaten
Tebo merupakan akibat dari terjadinya fragmentasi habitat gajah dan satwa liar
lainnya. Habitat satwa tersebut berada di luar kawasan konservasi, sehingga
pola interaksi dan konflik yang terjadi menimbulkan adanya kerugian baik dari
sisi manusia maupun gajah.
Balai
KSDA Jambi peduli lingkungan dan satwa liar/gajah dengan meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam upaya penanggulangan konflik tersebut. Melalui
pembinaan kelompok masyarakat mitra konservasi (MMK) di 5(lima) desa,
masyarakat yang tergabung di kelompok tersebut memiliki tugas untuk menangani
konflik antara manusia dan satwa liar khususnya gajah di tingkat tapak. Kelima
Desa tersebut adalah Desa Muara Kilis, Muara Sekalo, Suo-Suo, Semambu, dan Pemayungan.
Berangkat dari hal tersebut, BKSDA Jambi melakukan upaya peningkatan kapasitas
MMK melalui pelatihan dalam penanggulangan awal konflik manusia-gajah melalui
SMART Patroli. Kegiatan peningkatan kapasitas ini berkolaborasi dengan berbagai
pihak dalam penggiat lingkungan dana satwa liar, diantaranya Bapak Koesnadi
Wira Sapoetra dari anggota gugus tugas multipihak Ditjen KSDAE, Bapak Kuswanda dari Balitbang LHK Aek Nauli, Bapak
Nazarudin dari WRU Taman Nasional Way Kambas, dan Ibu Diana dari FZS.
“Kita
harus bisa merubah pola pikir masyarakat, yang semula berfikir bahwa gajah
adalah hama, menjadi teman yang berharga” Ujar Bapak Kuswanda selaku pakar dan
ahli gajah di Balitbang Aek Nauli yang berperan sebagai Narasumber dalam
kegiatan Peningkatan Kapasitas MMK. “Pola habitat dan area jelajah gajah tidak
berubah sejak dahulu. Kita sebagai manusia yang diberikan akal pikiran oleh
Tuhan, wajib untuk menjaga keseimbangan alam dengan tidak merusak lingkungan
dan menjaga hubungan baik dengan seluruh ekosistem beserta satwa lairnya termasuk gajah”
Selain
dibekali pengetahuan tentang gajah, dasar-dasar penanggulangan konflik, dan
bagaimana pengaplikasian SMART Patroli melalui Resort Based Management (RBM), kelompok MMK diberikan pengetahuan
bagaimana menggali dan mengembangkan potensi desa menjadi sebuah usaha untuk
peningkatan ekonomi masyarakat. “Masyarakat tidak melulu harus bergantung
dengan pengembangan tanaman dengan lahan dan berperang dengan gajah” Ujar Bapak
Koesnadi Wira Sapoetra selaku penggiat lingkungan hidup yang turut menjadi
narasumber dalam kegiatan ini. “Pengembangan usaha ekonomi seperti jenis
tanaman yang tidak disukai gajah, ataupun pengembangan ekowisata satwa liarsaat
ini sangat menjanjikan. Pengembangan ekowisata satwa liar dapat memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan merupakan salah satu pemecahan solusi atas konflik yang
paling ramah. Diharpkan manusia tidak lagi menanggap gajah dalam perspektif
yang negatif” ujarnya.
Melalui
kegiatan peningkatan kapasitas MMK ini, diharapkan masyarakat dapat lebih
memahami bagaimana mitigasi konflik antara manusia-gajah di tingkat tapak, dan
mengaplikasikannya melalui kegiatan SMART Patroli, dan mampu merubah pola pikir
untuk menganggap bahwa gajah merupakan asset bersama yang penting untuk dijaga.
Pengembangan ekonomi masyarakat tidak harus mengorbankan satwa liar, begitupun
sebaliknya. Sehingga dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat tercipta harmonisasi antara manusia
dengan satwa liar secara bertahap.